Rabu, 26 Desember 2012

Kebudayaan Suku Betawi



A.KEBUDAYAAN MASYARAKAT BETAWI

Suku Betawi berasal dari hasil akulturasi antaretnis dan bangsa di masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Arab, Bali, Sumbawa, Ambon, Melayu dan Tionghoa.

di betawi terdapat bernaeka ragam kebudayaan-kebudayaan yang menciri-khas kan ke-eksistensian mereka di indonesia.

Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tionghoa, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab,dan Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an. Saat ini Suku Betawi terkenal dengan seni Lenong, Gambang Kromong, Rebana Tanjidor dan Keroncong.

Sifat campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing. Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tiongkok, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab,dan Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an.

Asumsi kebanyakan orang tentang masyarakat Betawi ini jarang yang berhasil, baik dalam segi ekonomi, pendidikan, dan teknologi. Padahal tidak sedikit orang Betawi yang berhasil. Beberapa dari mereka adalah Muhammad Husni Thamrin, Benyamin Sueb, dan Fauzi Bowo yang menjadi Gubernur Jakarta saat ini .

Ada beberapa hal yang positif dari Betawi antara lain jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun terkadang dalam beberapa hal terlalu berlebih dan cenderung tendensius. Orang Betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orangtua (terutama yang beragama Islam), kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat menghargai pluralisme. Hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat Betawi dan pendatang dari luar Jakarta.

Orang Betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi. Terbukti dari perilaku kebanyakan warga yang mesih memainkan lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dan lain-lain.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan sebagian besar masyarakat Betawi masa kini agak terpinggirkan oleh modernisasi di lahan lahirnya sendiri (baca : Jakarta). Namun tetap ada optimisme dari masyarakat Betawi generasi mendatang yang justru akan menopang modernisasi tersebut.

B.KELAKUAN ORANG BETAWI

Gambaran lain orang Betawi adalah sebuah penggambaran watak seorang manusia yang menghargai kejujuran dan keterbukaan. Kejujuran dan keterbukaan dalam masyarakat Betawi merupakan hal yang sangat esensial dan tampak dalam keseharian mereka, seperti terlihat dalam komunikasi mereka sehari-hari. Kejujuran masyarakat Betawi ini terlihat menonjol pada pola komunikasi mereka yang apa adanya, hampir jarang ditemui kata-kata untuk memperhalus maksud pembicaraan. Jika mereka mengatakan Hitam, maka akan dikatakan hitam, putih dikatakan putih, tidak dilebih-lebihkan atau dikurang-kurangi.
Keterbukaan masyarakat Betawi menghadirkan rasa toleransi yang tinggi mereka terhadap kaum pendatang. Hal ini sudah terjadi sejak beratus-ratus tahun yang lalu hingga kini. Keterbukaan ini pun membuat kebudayaan Betawi menjadi semakin semarak dengan masuknya unsur-unsur budaya kaum pendatang yang berasimilasi dengan kebudayaan Betawi sendiri. Keterbukaan ini membuat masyarakat Betawi tidak menutup diri terhadap kemajuan dan perkembangan kebudayaan dunia. Akan tetapi, tentunya hal ini bukan berarti mereka menerima begitu saja kebudayaan yang dibawa para pendatang itu. Mereka juga mengkritisi kebudayaan itu sebelum mereka terima dalam keseharian mereka.
Keterbukaan dan kejujuran masyarakat Betawi dalam keseharian ini pun melahirkan sikap orang Betawi humoris. Hal ini mungkin terjadi untuk menghindari pertengkaran karena sikap terbuka dan jujur mereka yang mungkin akan melukai hati orang lain. Dengan humor setidaknya sikap jujur mereka terhadap perbuatan seseorang yang buruk hanya akan ditanggapi main-main atau hanya bercanda oleh orang itu, walaupun maksudnya menyindir perbuatan orang itu. Kelucuan masyarakat Betawi umumnya juga terjadi karena keluguan dan kepolosan sikap mereka terhadap situasi yang mereka hadapi.
Bahkan jika kita memperhatikan dunia hiburan saat ini, kita bisa mendapati jika model lawakan masyarakat Betawi banyak dimanfaatkan para komedian Indonesia, misalnya bentuk lawakan yang mengajak penontot terlibat seperti pada lenong yang dibawakan oleh Bolot, Malih dan teman-teman yang lainnya. Hal ini bukan hanya karena masyarakat Betawi memiliki sense of humor yang tinggi, tetapi juga karena model humor masyarakat Betawi hadir karena kejujuran mereka, bukan dibuat-buat. Selain itu, model humor Betawi juga mengajak penonton untuk aktif dan terlibat langsung dalam pertunjukkan mereka, seperti terlihat pada pertunjukkan lenong.
Hal lain yang juga menunjukkan gambaran orang Betawi adalah rasa cinta mereka terhadap bangsa dan negara. Kecintaan terhadap negara pada masa kolonial dahulu ditampilkan dengan tidak bersekutu dengan pemerintah kolonial. Sementara kecintaan pada masa kemerdekaan mereka tampilkan dengan sikap yang mendukung pemerintahan yang sah Republik Indonesia. Walaupun masyarakat Betawi bersikap terbuka dan bisa dikatakan jika bahasa Betawi itu bersifat egaliter dan tidak memiliki tingkatan bahasa, seperti bahasa Jawa, orang Betawi tetap mengahargai orang yang lebih tua. Dalam keseharian, penghormatan terhadap orang yang lebih tua ini dihadirkan dalam sikap untuk memberikan kesempatan terlebih dahulu kepada orang tua, sebelum yang muda-muda. Dalam bahasa atau omongan hal ini hadir dalam penyebutan diri mereka ketika berbicara pada orang yang lebih tua dengan tidak memakai kata ganti diri gue, tetapi kata ganti diri saye, aye atau menggunakan nama mereka sendiri.
Terakhir, dalam penggambaran saya, orang Betawi adalah orang yang menghormati adat istiadat mereka dan sangat religius. Dalam masyarakat Betawi, adat istiadat mereka jalani secara konsekuen. Hampir seluruh adat istiadat masyarakat Betawi diwarnai oleh agama Islam. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat Betawi sangat taat terhadap ajaran agama yang mereka anut. Kereligiusan masyarakat Betawi ini tampak dalam adat istiadat mereka yang tidak pernah melepaskan unsur-unsur agama Islam dan sikap hidup sehari-hari mereka. Bahkan kereligiusan ini pun melahirkan sikap hidup masyarakat Betawi yang jujur dan sangat toleran. Ketoleranan inilah yang membuat mereka terbuka terhadap para pendatang dan hal inilah yang membuat para pendatang betah hidup di Jakarta karena keramahan penduduk aslinya.
Jadi, berdasarkan nilai-nilai kebetawian yang terlihat pada lingkungan sekitar, tergambarlah bahwa orang Betawi adalah sosok manusia Indonesia yang sangat mencintai negaranya, menghormati orang yang lebih tua, mengharagai adat istiadat, jujur, sabar, berani, humoris, terbuka, dan religius.
Bisa disimpulkan bahwa orang Betawi adalah orang yang teguh dan taat pada keyakinan, adat istiadat dan agama mereka, bersikap jujur dan menghormati orang tua, sabar dan berani dalam menghadapi tantangan hidup, berwatak humoris dan terbuka terhadap kemajuan, dan sangat teguh menjalankan agama Islam. Jadi jika banyak yang beranggapan orang betawi itu kasar dan jahat, maka saya harus mencari tahu apakah ia benar-benar orang betawi asli atau memang para pendatang yang mengaku-ngaku orang betawi. Semoga budaya betawi masih bisa dilestarikan, tetapi tidak sebatas dilestarikan secara ceremonial saja seperti pada acara abang-none jakarta yang selalu diadakan setiap tahun itu.


C.KESENIAN KEBUDAYAAN BETAWI

1.Gambang Kromong
Kesenian musik ini merupakan perpaduan dari kesenian musik setempat dengan Cina. Hal ini dapat dilihat dari instrumen musik yang digunakan, seperti alat musik gesek dari Cina yang bernama Kongahyan, Tehyan dan Sukong. Sementara alat musik Betawi antara lain; gambang, kromong, kemor, kecrek, gendang kempul dan gong. Kesenian Gambang Kromong berkembang pada abad 18, khususnya di sekitaran daerah Tangerang. Bermula dari sekelompok grup musik yang dimainkan oleh beberapa orang pekerja pribumi di perkebunan milik Nie Hu Kong yang berkolaborasi dengan dua orang wanita perantauan Cina yang baru tiba dengan membawa Tehyan dan Kongahyan.Pada awalnya lagu-lagu yang dimainkan adalah lagu-lagu Cina, pada istilah sekarang lagu-lagu klasik semacam ini disebut Phobin. Lagu Gambang Kromong muatan lokal yang masih kental unsur klasiknya bisa didengarkan lewat lagu Jali-Jali Bunga Siantan, Cente Manis, dan Renggong Buyut. Pada tahun 70an Gambang Kromong sempat terdongkrak keberadaannya lewat sentuhan kreativitas "Panjak" Betawi legendaris "Si Macan Kemayoran", Almarhum H. Benyamin Syueb bin Ji'ung. Dengan sentuhan berbagai aliran musik yang ada, jadilah Gambang Kromong seperti yang kita dengar sekarang. Hampir di tiap hajatan atau "kriya'an" yang ada di tiap kampung Betawi, mencantumkan Gambang Kromong sebagai menu hidangan musik yanh paling utama. Seniman Gambang Kromong yang dikenal selain H. Benyamin Syueb adalah Nirin Kumpul, H. Jayadi dan bapak Nya'at.

2.Tari Topeng Betawi

Tarian betawi yang cukup lama dikenal masyarakat adalah Tari Topeng Betawi. Dalam Tari Topeng Betawi, Anda dapat melihat tiga unsur seni sekaligus. Yaitu tari, teater dan musik. Musik pengiring Tari Topeng Betawi banyak sekali. Topeng Betawi tumbuh dan berkembang di pinggir-pinggir Jakarta. Biasanya digelar saat ada pernikahan, acara sunatan dan membayar nazar. Dalam Topeng Betawi, para penari memakai topeng dan bercerita lewat seni gerak. Kini tari Topeng Betawi sudah banyak dikreasikan. Sehingga Tarian Betawi pun semakin beragam.

3.Tari Lenggang
Adalah Wiwik Widiastuti yang mengembangkan Tarian Lenggang Nyai ini. Atau lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Tari Lenggang Betawi. Wiwik sendiri bukan orang Betawi asli, ia adalah orang Yogyakarta. Namun kecintaannya kepada budaya dan tarian betawi, membuat Wiwik menciptakan kreasi Tari Lenggang Betawi ini. Dalam tarian ini dapat melihat ada unsur tanjidor dan tari topeng yang kental sekali. Tarian Betawi Lenggang Nyai ini bercerita tentang Nyai Dasima yang berhasil membebaskan diri dari pemaksaan. Nyai Dasima pun mampu menentukan arah dan pilihan hidupnya. 

Masih banyak lagi budaya budaya yang ada di betawi. Sebagai generasi muda seharusnya kita bisa melestarikan budaya budaya yang sudah ada sejak dulu. Oleh karena itu mulai tanamkan lah dari sekarang bahwa budaya itu harus dilestarikan agar tidak punah.
Selain dengan alat musik gambang kromongnya budaya betawi juga mempunyai berbagai macam tarian. Tarian tarian betawi mempunyai ciri khas sendiri yaitu suara musik pengiring yang riang serta gerakan-gerakan tari yang dinamis. Tarian tarian yang berasal dari betawi diantaranya :

4.Tari Japin
Tari Japin sebenarnya adalah tari Zapin. Kebiasaan orang betawi menyebut Z dengan huruf J membuat nama tarian ini secara otomatis berubah menjadi Japin. Tarian ini sudah tersebar dimana-mana. Tarian ini mendapat pengaruh besar dari budaya Arab.Yang membedakan tarian betawi Japin dengan Zapin pada umumnya adalah musik pengiringnya. Tari Japin menggunakan musik-musik lagu betawi seperti gambus. Tari Zapin ditarikan secara melompat-lompat sambil memukul sebuah kendang rebana kecil. Memukulnya pun serentak dengan gerakan yang menghentak. Melihat tarian betawi ini memberikan nuansa riang. Tari Japin Betawi biasanya berpasang-pasangan antara perempuan dan lelaki.

5.Tari Cokek betawi
Tarian betawi yang satu ini dibawa oleh para cukong atau tuan tanah peranakan tionghoa yang kaya raya. Dulu mereka merawat penari cokek dan pemain-pemain Gambang Kromong. Tarian cokek ini diiringi oleh musik Gambang Kromong dan sering ditampilkan dalam acara-acara yang diadakan oleh Tuan Tanah. Oleh karena itu, tarian dan pakaian tari Cokek Betawi agak mirip dengan tarian-tarian di Cina.
Seiring berkembangnya zaman, tuan tanah yang mau menampung hidup penari cokek dan Gambang Kromong pun berkurang. Alhasil sedikit sekali yang mau melestarikan tarian betawi ini. Tari cokek agak mirip dengan ngibing. Ciri khasnya yang lain adalah goyang pinggul yang geal-geol. Kini pemain cokek dan pemain Gambang Kromong yang profesional, susah dicari.


6.Ondel-ondel 
adalah bentuk pertunjukan rakyat betawi yang sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat. Nampaknya ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa.

Ondel-ondel yang berupa boneka besar itu tingginya sekitar 2,5 meter dengan garis tengah ± 80 cm, dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalamnya. Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya dicat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan warna putih Bentuk pertunjukan ini banyak persamaannya dengan yang ada di beberapa daerah lain.



Selasa, 18 Desember 2012

Museum Satria Mandala


Museum Satria Mandala adalah museum sejarah perjuangan Tentara Nasional Indonesia yang terletak di Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Museum yang diresmikan pada tahun 1972 oleh mantan Presiden Indonesia, Soeharto ini awalnya adalah rumah dari salah satu istri mantan Presiden Indonesia, Soekarno, yaitu istrinya yang bernama Ratna Sari Dewi Soekarno. Dalam museum ini dapat ditemui berbagai koleksi peralatan perang di Indonesia, dari masa lampau sampai modern seperti koleksi ranjau, torpedo, tank, meriam bahkan helikopter dan pesawat terbang (satu diantaranya adalah pesawat Cureng yang pernah diterbangkan oleh Marsekal Udara Agustinus Adi Sucipto).
Di museum ini tersimpan berbagai benda sejarah yang berkaitan dengan perjuangan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari tahun 1945 sampai sekarang, seperti aneka senjata berat maupun ringan, atribut ketentaraan, panji-panji dan lambang-lambang di lingkungan TNI, kendaraan perang seperti tank dan panser, berbagai jenis pesawat terbang peninggalan masa lalu. Satu diantaranya adalah pesawat Cureng yang pernah diterbangkan oleh Agustinus Adisutjipto serta tandu yang dipergunakan Panglima Besar Jenderal Sudriman saat bergerilya melawan penjajah.



Di dalam museum terdapat 74 diorama yang menggambarkan peranan TNI dalam membela dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Satu diantaranya adalah diorama yang menggambarkan tentang Pertempuran Surabaya pada tanggal 10 November 1945. Masih dalam kompleks Museum Satriamandala terdapat Gedung Waspada Purbawisesa menyajikan diorama yang menggambarkan perjuangan TNI bersama-sama rakyat menumpas gerombolan separatis DI/TII di Jawa Barat, Jawa Tengah, Aceh, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi pada tahun 60-an.
Selain diorama, dipamerkan pula dokumen, peta operasi, dan benda-benda relik lainnya. Fasilitas lain di museum ini adalah Taman Bacaan Anak, kios cenderamata, kantin, serta gedung serbaguna yang berkapasitas 600 kursi untuk berbagai kegiatan dan pertemuan.

Inilah beberapa foto koleksi yang terdapat pada museum mandala:

Halaman Museum Satria Mandala dengan bendera merah putih diujung atas tiang yang diapit oleh dua buah artileri pertahanan udara. Halaman depan Museum Satria Mandala ini sangat luas dan dinaungi oleh pepohonan yang rindang.


Koleksi Museum Satria mandala berupa senapan mesin, pelontar granat, meriam lapangan, dan persenjataan berat dan ringan lainnya.

Sebuah kursi tandu di Museum Satria Mandala yang digunakan untuk mengangkut Jenderal Soedirman ketika bergerilya melawan tentara Belanda semasa perang kemerdekaan. Jenderal Soedirman memimpin gerilya selama delapan bulan antara tahun 1948-1949, dengan menempuh jarak sekitar 1000 km di Jawa Tengah dan Jawa Timur.




Diorama Museum Satria Mandala yang menggambarkan badan-badan perjuangan bersenjata dalam masa perang kemerdekaan. Pada awal berdirinya Republik ini , tepatnya 23 Agustus 1945, dibentuk Badan Keamanan Rakyat yang anggotanya berasal dari Laskar-laskar Rakyat (Seinendan, Gokutotai, dll), PETA (Pembela Tanah Air), dan KNIL (Koninklijk Nederlandsche Indie Leger). BKR kemudian berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat pada tanggal 5 Oktober 1945, yang kemudian diperingati sebagai hari lahirnya TNI.


Diorama Museum Satria Mandala yang menggambarkan pertempuran heroik di Surabaya yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan pada setiap tanggal 10 November.

Area pamer luar Museum Satria Mandala, dengan koleksi seperti Tank amfibi dan kendaraan pengangkut pasukan yang pernah digunakan oleh korps marinir dalam Operasi Trikora dan penumpasan G30S-PKI.




sumber: http://www.museumindonesia.com/museum/47/1/Museum_Satriamandala_Jakarta_